Cegah Insiden Tumpahan Minyak di Laut Karawang, Pertamina Bakal Tutup Sumur YYA-1
BULATAN hitam mirip kotoran kambing yang diduga minyak mentah dari bocornya kilang minyak Pertamina, di Karawang, Jawa Barat (Jabar), diduga sampai ke pesisir Banten, tepatnya di Pantai Lontar, Kampung Brambang, Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. https://twitter.com/marufins/status/1156570181256261632?s=19 Pengeboran itu bocor sejak Jumat 12 Juli 2019 sehingga menimbulkan pencemaran limbah di laut dan pesisir Karawang hingga kawasan Muara Gembong, Bekasi, Jawa Barat. Bahkan, setidaknya ada lima pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu yang diduga ikut tercemar dari tumpahan minyak mentah atau pek milik PT Pertamina. Turut tercemarnya wilayah Kepulauan Seribu itu diketahui setelah Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dan instansi terkait lainnya mengecek ke wilayah perairan tersebut. \"Terdapat ceceran pek yang diduga dari kebocoran pipa minyak Pertamina anjungan lepas Pantai Karawang. Ceceran pek ditemukan di lokasi bibir pantai Pulau Untung Jawa, Pulau Ayer, Pulau Bidadari, Pulau Kelor,\" kata Kepala Seksi Penanganan Pengaduan dan Sengketa Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Rusliyanto, Selasa (30/7). \"Kami harus katakan bahwa peristiwa ini adalah bencana industri,\" kata Merah Johansyah dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (29/7/2019). Sumur YYA-1 Bakal Ditutup Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menyatakan, agar kejadian tumpahan minyak di Laut Karawang tidak terulang, sumur YYA-1 di area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) bakal ditutup. \"Pasti (ditutup) karena kami mengamankan supaya tidak ada aliran lagi. Saya kira akan lebih aman kalau kami tinggalkan,\" kata Nanang di Gedung Pakuan Bandung, Jawa Barat, usai bertemu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan sejumlah kepala daerah, Jumat (2/8/2019). Sumur yang sudah ditinggalkan delapan tahun lalu itu awalnya akan kembali diproduksikan. Ia menyebutkan, insiden tumpahan minyak itu terjadi lantaran ada aliran dari sumur YYA yang bocor dan mengeluarkan gelembung gas yang disertai minyak. \"Bukan semburan, kalau semburan ada tekanan. Tapi aliran, tumpahan,\" katanya. Semua proses dan tahapan ekplorasi, kata dia, telah mengikuti standard operating procedure (SOP). Hanya saja, kadang-kadang terdapat hal-hal yang tidak bisa 100 persen dikontrol. \"Artinya, sepanjang kami mengikuti SOP ada hal-hal itu, kami sebut force majeure, sesuatu yang tidak kita inginkan,\" katanya. Nanang menambahkan, tumpahan minyak yang keluar berupa gumpalan yang bersifat seperti lilin. Ia mengeklaim hal itu mempermudah penanganan. Hanya saja lantaran terpengaruh angin timur dan adanya ombak besar, ceceran tumpahan minyak itu mencemari perairan yang luas sampai ke pesisir Karawang hingga Bekasi. Untuk penanganan, Nanang mengaku sudah maksimal. Saat ini sekitar 37 kapal patroli dikerahkan, termasuk pengangkut oil spill dan firefighting sebagai antisipasi munculnya api. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: